Cari artikel

Wednesday, July 22, 2015

                                 


KEGANASAN RONGGA MULUT



Tumor pada gusi


Tumor pada bibir


Tumor pada dasar mulut


Tumor pada lidah


Tumor pada langit langit

Bila sudah melihat tanda tanda keganasan seperti gambar diatas segerah periksakan ke dokter gigi anda. semakin dini diketahui dan dilakukan perawatan, semakin baik harapan untuk sembuh.
Semoga bermanfaat.

Thursday, July 16, 2015

Wednesday, July 15, 2015

KEGANASAN RONGGA MULUT

Dokter gigi, adalah profesi yang masih dianggap menakutkan pada masyarakat kita. Seseorang sangat jarang berkunjung ke praktek atau klinik dokter gigi bila belum merasakan sakit yang parah atau sudah terjadi pembengkakan pada daerah mulutnya. Alasan mahal atau takut dengan peralatan praktek dokter gigi yang lazim diutarakan oleh masyarakat kita. Padahal dengan mengontrol gigi dan mulut ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali dapat mendeteksi dini segala kelainan atau penyakit yang terjadi dalam rongga mulut. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Atau perawatan awal akan lebih mudah dan murah serta mempunyai keberhasilan yang tinggi daripada perawatan pada tahap lanjut (kasep : bahasa jawa).
Artikel kesehatan kali ini, kita akan belajar bersama sama tentang keganasan (kanker) yang bisa terjadi dalam rongga mulut. Tumor atau kanker yang terdapat dalam rongga mulut ada yang jinak ada juga yang ganas, ada yang dapat disembuhkan total ada yang dapat menyebabkan kematian pada penderitanya.
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal (yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit menular. Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.
Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan tidak terkontrol sel-sel yang menyerang dan menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya. Kanker mulut muncul akibat pertumbuhan atau luka pada mulut yang tidak hilang. Kanker mulut meliputi kanker  bibir, lidah, pipi, dasar mulut, langit-langit lunak dan keras, sinus, dan faring (tenggorokan), dapat mengancam kehidupan jika tidak didiagnosis dan diobati dini.
Ca rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai ke dalam jaringan mulut, dan dapat bermetastasis (menyebar) ke bagian tubuh yang lain dan sering tanpa gejala pada tahap awal.
Pada pria kanker rongga mulut merupakan 5% dari semua keganasan yang terjadi dan 2% kejadian pada kaum wanita. Laporan WHO menyebutkan bahwa kanker rongga mulut merupakan kanker utama di India  dimana kejadian rata-rata dilaporkan paling tinggi, sekitar 20% dari seluruh kanker pada tubuh manusia.
Meskipun  perkembangan  dunia kedokteran semakin canggih terutama dalam mendiagnosa dan terapi suatu kelainan atau penyaki tetapi  keabnormalan dan kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi. Hampir semua penderita kanker rongga mulut ditemukan dalam stadium  lanjut, yang biasanya sudah terdapat selama berbulan-bulan atau bahkan lebih lama. Akibatnya harapan sembuh dari kanker rongga mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang menyedihkan dimana seringkali prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan perawatan yang terlambat
 Kanker rongga mulut dapat terjadi pada daerah daerah  sebagai berikut :
1. Kanker pada gusi (gingiva)
Terjadi karena iritasi kronis (terus menerus dan dalam jangka waktu lama) dari tambalan yang sudah rusak, karang gigi , gigi palsu yg tidak benar, sisa sisa akar gigi, gigi yang berlubang pada  jaringan lunak gusi. Gusi rahang bawah lebih sering terkena kanker ini dibanding gusi rahang atas. Pada tahap awal, kanker ini tampak seperti lesi biasa yang dikenal masyarakat sebagai sariawan. Pada tahap lanjut kanker ini akan tampak membesar dengan permukaan kasar (seperti bunga kol) sangat mudah berdarah dan menimbulkan rasa sakit. Kanker ini merusak tulang rahang sehingga menjadi tipis bahkan hilang sma sekali.     
2.  Kanker pada lidah
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 bagian depan lidah  (umunya pada tepi  dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada belakang lidah.  Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut, bila terletak pada bagian 2/3 bagian depan lidah (anterior) biasanya timbul suatu massa yang sering kali  tidak menimbulkan rasa sakit.  Bila timbul pada sepertiga bagian belakang lidah (posterior), kanker tersebut selalu tidak di ketahui oleh penderita dan rasa sakit yang di alami yang biasanya di hubungkan dengan rasa sakit tenggorokan. Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat di deteksi dini dari pada yang terletak pada 1/3 posterior
3. Kanker pada bibir
Kanker bibir selalu di hubungkan dengan orang – orang yang memilki aktifitas di luar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat dalam faktor terjadinya kanker bibir. Umumnya lebih banyak terjadi pada bibir bawah dari pada bibir atas. Pada awal pertumbuhan lesi dapat berupa nodul kecil atau ulkus (luka) yang tidak sembuh sembuh.
4. Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya di hubungkan dengan penggunaan alkohol dan tembakau.
Pada awalnya mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila lesi berkembang pasien akan mengeluhkan adanya benjolan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman.
5. Kanker pada  pipi
Di negara  berkambang kanker pada mukosa pipi di hubungkan dengan kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau. Bahan bahan  berkontak dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama beberapa jam dan berlangsung secara terus menerus selama bertahun tahun sehingga menimbulkan iritasi atau rangsangan pada mukosa pipi.
6. Kanker pada langit langit (palatum)
Kanker ini banyak terjadi pada daerah yang masyarakatnya mem punyai kebiasaan menghisap rokok. Kanker pada palatum merupakan kanker rongga mulut yang umum terjadi dari semua kanker rongga mulut.

ETIOLOGI atau penyebab timbulnya kanker dalam rongga mulut  :
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor :
Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :
1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang buruk, iritasi kronis dari tambalan gigi dan gigi palsu yang tidak baik, gigi-gigi karies (krowok),akar gigi.
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok, tembakau, alkohol, radiasi, virus, sinar matahari, trauma yang kronik.
 3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi, imunologi dan genetic.
 Faktor faktor tersebut bisa bekerta secara terpisah atau bisa secara bersamaan. Menurut penelitian terkini, faktor resiko kanker juga dapat diturunkan secara genetik.


MANIFESTASI KLINIK
      Banyak kanker rongga mulut  tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Keluhan pasien yang paling sering adalah luka yang tidak sakit atau massa yang tidak sembuh sembuh. Luka terjadi pada gusi atau sariawan dalam jangka waktu yang panjang yakni lebih dari satu minggu sampai satu bulan, luka yang awalnya seperti sariawan biasa ini,lama-kelamaan akan menggerogoti seluruh jaringan dalam mulut dan hingga lidah. Tahap lanjut membuat mulut dan rongga mulut menjadi kebal dan tidak mampu merasakan apapun. Lesi khas pada kanker oral adalah ulkus keras dan tepi menonjol. Adanya ulkus pada rongga mulut yang tidak sembuh dalam 2 minggu harus diperiksa dengan Biopsi. Bila kanker berlanjut, pasien dapat mengeluh nyeri tekan sulit mengunyah, menelan, atau bicara, batuk disertai dahak mengandung darah atau pembesaran kelenjar limfe servikal.
Meskipun resiko tergolong kecil, namun para ilmuwan menemukan bukti kuat bahwa seks oral dapat memicu timbulnya kanker mulut. Para peneliti sebenarnya sudah lama mencurigai infeksi penyakit seksual menular selain mengakibatkan kanker mulut rahim juga berkaitan kanker  rongga mulut. Kanker rongga mulut umumnya berbau dan berbentuk khas.pada mulanya hanya menyerang sebagian bibir pasien.
      Infeksi virus  human papilloma virus (HPV) yang di kenal sebagai HPV 16  dapat memicu timbulnya kanker pada tubuh manusia. Kanker yang ditimbulkan dapat terjadi di mana saja di bagian tubuh manusia.
Umumnya kanker rongga mulut pada tahap dini tidak menimbulkan gajala, diameter kurang dari 2 cm,  kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa di sertai komponen putih licin halus dan memperlihatkan elevasi yang minimal. Sering kali awal dari kaganasan di tandai oleh adanya ulkus (luka). Apabila terdapt ulkus yang tidak sembuh sembuh maka keadaan ini sudah dapat di curigai sebagai proses keganasan. Tanda – tanda lain dari ulkus proses keganasan meliputi : ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung lebih tinggi dari sekitarnya dan indorasi (lebih keras), dasarnya dapat berbintil bintil dan mengelupas.
Berikut ini merupakan tanda – tanda yang harus di waspadai terhadap kemungkinan adanya kanker mulut yang baru mulai terjadi atau dalam tahap lanjut ;
1. Bercak putih,bersisik
2. Bintik pigmen yang tiba – tiba ukurannya membesar
3. Ulser yang tidak sembuh – sembuh
4. Gusi bengkak dan berdarah
5. Gigi yang tanggal secara tiba – tiba tanpa adanya riwayat trauma pendarahan
6. Parastesi, anastesi dan mati rasa di rongga mulut
7. Sakit sewaktu menggerakkan rahang
8. Luka pencabutan yang tidak sembuh – sembuh

 PEMERIKSAAN PENUNJANG 
 a. Sitologi mulut.
 Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik sel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut. Untuk aplikasi klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan tidak dilakukan, peralatan yang digunakan, prosedur kerja, data klinis yang disertakan sampai pengirimannya ke bagian Laboratorium  Patologi Anatomi.
 b. Biopsi
 Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa pasti dari lesi-lesi mulut yang dicurigai.
 Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil.
 PENATALAKSANAAN
 1. Tindakan Bedah
 Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel kanker hingga jaringan mulut dan leher.
 2. Terapi Radiasi
 Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah. Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin tertinggal didaerah tersebut.
 3. Kemoterapi
 Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel kanker.

 PENCEGAHAN
Hindari kontak berlebihan dengan matahari, kurangi atau bahkan hindari merokok atau mengunyah tembakau, alkohol, pertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik, segera konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak sembuh dalam waktu 2- 3 minggu. yang paling penting adalah rajin kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Pepatah lama masih berlaku sampai saat ini yakni Mencegah lebih Baik daripada mengobati.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.


Segala kemuliaan hanya bagi Allah.


PENYAKIT RADANG GUSI DAPAT MEYEBABKAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
Kelahiran si buah hati adalah saat yang membahagiakan dan ditunggu tunggu oleh pasangan suami istri. Bayi yang sehat secara fisik dan mental tentulah yang paling diharapkan pada saat melahirkan. Kehamilan kadang kadang mengalami kelainan / komplikasi seperti pre eklamsi, Berat Bayi Lahir Rendah, Persalinan Dini (prematur), Gangguan perkembangan bahkan sampai Bayi lahir mati. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyakit radang gusi merupakan faktor resiko terjadinya kelainan / komplikasi kehamilan, bahkan resikonya melebihi dari kebiasaan merokok dan alkohol pada ibu hamil.
Komplikasi kehamilan seperti keguguran, eklamsia, preeklamsia, persalinan prematur ( < dari 37 minggu ), berat bayi lahir rendah ( < 2500 gram ) dan bayi lahir mati masih merupakan masalah kesehatan di seluruh negara. Bahkan di USA angka kelahiran prematur merupakan angka tertinggi di negara maju yakni 12,2 % di tahun 2009. Di Indonesia angka kematian Ibu dan bayi termasuk tertinggi di Asia Tenggara.  Tahun 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan  sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Banyak faktor yang mempengaruhi komplikasi kehamilan seperti ras, berat badan dan usia ibu, status pendidikan dan sosial ekonomi, ante natal care (pemeriksaan selama kehamilan ), merokok, penyalahgunaan obat obatan, persalinan terakhir dan infeksi. Diantara semuanya itu, infeksi merupakan penyebab terbesar dari komplikasi kehamilan, terutama persalinan prematur dan bayi lahir mati. Infeksi bisa bersifat sistemik seperti ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Atas ) atau malaria, dan infeksi yang bersifat lokal di dalam rahim maupun organ reproduksi ibu.
Gingivitis atau radang gusi adalah adalah peradangan yang terjadi karena terbentuknya plak pada gigi. Plak adalah deposit sisa makanan yang menempel pada gigi akibat kebersihan mulut yang buruk. Plak bila tidak dibersihkan dengan cara menggosok gigi dengan terartur dan benar lama kelamaan akan bereaksi dengan air ludah menjadi keras dan disebut karang gigi (kalkulus). Plak bersifat lunak dan lengket tetapi dengan mudah dihilangkan dengan cara menggosok gigi dengan teratur dan benar. Karang gigi bersifat keras dan menempel kuat pada gigi sampai masuk ke dalam gusi. Karang gigi hanya bisa dibersihkan dengan alat oleh dokter gigi.  Plak pada gigi merupakan tempat berkumpulnya bakteri bakteri merugikan yang ada dalam rongga mulut. Bakteri bakteri ini mengeluarkan toksin (racun) dan enzim enzim yang menyebabkan iritasi dan peradangan pada gusi. Tanda tanda awal terjadinya radang gusi adalah gusi berwarna merah dan bila sudah terjadi keparahan, gusi akan membengkak, lunak dan mudah berdarah (pada saat menggosok gigi atau spontan). Peradangan gusi juga dapat diperparah dengan kondisi sistemik seperti penyakit diabetes mellitus, pemakaian obat obatan ( obat hipertensi dan obat epilepsi), anemia, masa pubertas, kehamilan, menstruasi, letak gigi yang tidak beraturan, tambalan gigi yang kasar, pemakaian alat orthodonsi (behel).
Radang gusi bila tidak segera ditangani dengan baik akan berkembang lebih parah menjadi Periodontitis. Periodontitis adalah penyakit peradangan dan infeksi yang tidak hanya menyerang gusi tetapi juga jaringan penyangga gigi yaitu periodonsium, ligamen periodontal dan tulang rahang. Tanda tandanya adalah terbentuk pocket (kantung) diantara gigi dan gusi, gusi kemerahan dan membengkak, mudah sekali berdarah, kadang kadang terbentuk nanah. Bila sudah parah gigi akan goyang dan bergeser dari tempatnya sehingga terbentuk celah antar gigi atau bahkan sampai maju (tonggos). Bila kerusakan tulang sudah sangat parah, gigi akan lepas sendiri dari rongga mulut. Baik gingivitis maupun periodontitis menyebabkan bau mulut yang sangat menggangu.

Di dalam rongga mulut terdapat 500 jenis spesies bakteri dengan jumlah berjuta juta bakteri. Dalam keadaan normal semua terjadi keseimbangan sehingga tidak timbul suatu penyakit. Bila keseimbangan terganggu, misalnya kebersihan mulut yang buruk, daya tahan tubuh menurun, gangguan keseimbangan hormonal (menstuasi, pubertas, kehamilan) maka bakteri bakteri pathogen (jahat) akan berkembang biak lebih banyak dan semakin aktif. Bakteri jahat yang menyebabkan keparahan dari radang gusi adalah jenis Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Tannarella forshytia, Eiknella corodens, Provotella intermedia, Provotella nigrescens, Campylobacter rectus, Fusobacterium nucleatum, Parvimonas micra, Eubacterium nudatum, Leptotrichia buccalis, Treponema denticola, Selenomonas noxia dan Enteric spp.
Awal tahun 1990, penelitian menggunakan hamster menunjukan bahwa bakteri pada penyakit radang gusi dapat menyebar melalui pembuluh darah dan mencapai rahim hingga memberi pengaruh buruk pada janin dan ibunya.
Infeksi intrauterin merupakan penyebab utama dari hasil kehamilan yang merugikan seperti bayi lahir mati, berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur. Paradigma yang berlaku dahulu menganggap bahwa infeksi dalam rahim berasal dari vagina ibu. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bakteri rongga mulut berperan pada infeksi intra uterin baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian baik pada manusia ataupun binatang menunjukkan bahwa bakteri rongga mulut dapat berpindah tempat melalui pembuluh darah ke dalam rahim.
Infeksi bisa bersifat sistemik ataupun lokal. Infeksi sistemik misalnya malaria dan infeksi saluran nafas, sedangkan infeksi lokal yang terjadi dalam rahim seperti deciduitis, chorioamnionitis dan funisitis. Dalam ilmu kebidanan dan kandungan sudah terbukti bahwa  infeksi bakteri pada cairan ketuban menyebabkan sepsis pada ibu dan janin, meningkatkan resiko kelahiran prematur. Diperlukan pemeriksaan yang akurat untuk memastikan bakteri yang berperan pada infeksi intrauterin ini. Pada pemeriksaan kultur jaringan tradisional di laboratorium rumah sakit banyak bakteri yang tidak terdeteksi. Menggunakan sophisticated culture independent dan DNA finger printing technology dapat terdeteksi bakteri penyebab infeksi yang dahulu tidak dapat terdeteksi dengan kultur tradisional. Dengan teknologi ini ditemukan lebih banyak bakteri yang bukan merupakan bakteri normal pada vagina. Banyak penelitian menunjukkan bahwa infeksi pada rahim berasal dari rongga mulut ibunya daripada berasal dari vagina.
Rongga mulut, seperti halnya kulit dan vagina merupakan habitat utama bakteri di tubuh manusia, dan dapat merupakan  reservoar bakteri infeksius bagi tubuh. Selama ini lebih dari separo bakteri rongga mulut tidak dapat terdeteksi dengan kultur tradisional. Menggunakan culture independentdan DNA finger printing, bakteri dari rongga mulut ibu ditemukan berperan pada infeksi intrauterin yang menyebabkan terjadinya kematian janin dan kelahiran prematur.
Kasus pertama dilaporkan pada tahun 2006, seorang wanita melahirkan bayi prematur usia 24 minggu. Meskipun terjadi inflamasi intrauterin tetapi tidak ditemukan bakteri pada cairan amnion dengan kultur tradisional. Menggunakan culture independent methods ditemukan satu spesies Bergeyella pada cairan ketuban. Bergeyella tidak ditemukan pada vagina ibu, tetapi terdapat dalam plak gigi sang ibu.
Kasus kedua terjadi pada seorang ibu yang melahirkan cukup usia kehamilan ( 39 minggu ). Ibu tersebut terkena infeksi saluran nafas, demam 39ºC. Dalam beberapa hari, janinnya meninggal dalam kandungan. Fusobacterium nucleatum ditemukan pada paru paru dan perut janin. . Fusobacterium nucleatum tidak ditemukan pada vagina tetapi merupakan bakteri plak gigi dari sang ibu.
Rongga mulut, seperti halnya usus, kulit dan vagina merupakan tempat berkembang biaknya bakteri, termasuk bakteri pathogen. Selama keseimbangan flora terjaga, tidak akan terjadi infeksi.
Bergeyella dan F. nucleatum merupakan bakteri yang terdapat  dalam rongga mulut, tetapi apabila berpindah tempat ke bagian tubuh yang lain bisa sangat pathogen. Bergeyella baru saja ditemukan sebagai penyebab infeksi intrauterin, karena tidak terdeteksi pada pemeriksaan laboratorium rumah sakit. F. nucleatum merupakan bakteri anaerob gram negatif yang terdapat dalam rongga mulut yang sering teridentifikasi dalam infeksi rahim.
Bagaimana bakteri tersebut bermigrasi dari mulut ke dalam rahim? 
Kehamilan menyebabkan banyak perubahan dalam tubuh ibu. Salah satunya adalah perubahan kondisi gusi. Wanita dengan penyakit gusi akan semakin parah pada masa kehamilan, demikian pula wanita normal dapat terkena gingivitis selama kehamilan. Gingivitis karena kehamilan terjadi 30 – 75 % pada wanita hamil dan biasanya pulih setelah persalinan.
Perdarahan gusi pada kasus gingivitis  merupakan pintu masuk bakteri ke dalam sirkulasi darah. Fenomena ini disebut bakteremia. Dalam kondisi normal, kekebalan tubuh dapat menangkal bakteremia ini, tetapi kondisi ibu hamil dengan penekanan sitem immun, infasi bakteri dapat mencapai rahim.
Keadaan tersebut seperti yang terjadi pada ibu yang melahirkan bayi mati. Ibu dilaporkan sering mengalami perdarahan gusi selama kehamilan. Infeksi saluran pernafasan atas memperlemah daya tahan tubuhnya, sehingga bakteri masuk ke dalam sirkulasi darah dan menginfeksi rahimnya.
Penelitian ini didukung oleh percobaan pada binatang, dimana koloni F. nucleatum menginfeksi plasenta tikus tanpa menyebabkan infeksi sistemik. Infeksi placenta menyebabkan inflamasi lokal pada rahim tikus dan membunuh bayinya.
Mekanisme secara tidak langsung bakteri pathogen tersebut juga menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Endotoksin ( LPS ) dan bioenzym yang dihasilkan bakteri akan menyebabkan perlukaan pada jaringan. Sebagai respon, jaringan akan mengeluarkan proinflammatory cytokine ( IL -1, IL-6 dan TNF ) dan prostaglandine. Pada persalinan normal, kadar prostaglandin akan terus bertambah hingga mencapai kadar dimana terjadi pacuan untuk kelahiran normal. Pada kondisi infeksi, produksi prostaglandin yang memacu kontraksi rahim sehingga terjadi persalianan sebelum waktunya.
Penelitian dan fakta di masyarakat menunjukkan bahwa periodontitis lebih banyak menyebabkan berat bayi lahir rendah daripada merokok dan alkohol. Bakteri Porphyromonas gingivalis pada kasus periodontitis, meningkatkan kadar TNF α  dan PGE2 cairan amnion. Pada hewan percobaan  kadar TNF α  dan PGE2 menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim.
Pada penelitian, wanita melahirkan BBLR mempunyai kadar GCF, IL1, dari wanita dengan berat bayi normal. BBLR juga dilahirkan dari wanita dengan plak subgingival yang banyak dimana banyak sekali ditemukan koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Tannarella forshytia, P. gingivalis, Treponema denticola yang lebih banyak daripada wanita dengan bayi normal.
KESIMPULAN :
Pepatah lama yang mengatakan Lebih baik mencegah dari pada mengobati tetaplah berlaku sampai saat ini. Karena setelah terjadi suatu kelainan ataupun penyakit akan lebih sulit penanganannya dan tentu saja lebih banyak membutuhkan waktu, tenaga serta uang.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara benar dan teratur dapat mecegah terjadinya penyakit di dalam rongga mulut maupun penyakit sistemik lainnya.
Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat buat pembaca  dan lebih membuka wawasan kita tentang dunia kesehatan.
Sampai jumpa pada topik berikutnya.
Tuhan memberkati kita.