BLEACHING
atau PEMUTIHAN GIGI
Penampilan wajah yang
menarik adalah dambaan setiap orang. Penampilan wajah yang menarik akan lebih
sempurna bila ditunjang dengan senyum yang menawan. Senyuman yang menawan akan
lebih indah bila terdapat gigi gigi yang sehat, rapi dan putih cemerlang. Gigi
yang sehat dan putih membuat si empunya gigi merasa terlihat lebih muda dan
lebih percaya diri. Warna gigi dapat berubah karena berbagai faktor dan
perubahan warna gigi ini menimbulkan persoalan estetika yang dapat memberikan
dampak psikologi yang cukup besar, terutama apabila terjadi pada gigi depan.
Tuntutan estetika inilah yang sering membuat seseorang melakukan perawatan pada
giginya.
Beberapa profesi
tertentu juga memerlukan penampilan gigi yang prima seperti reporter, master of
ceremony, customer service dll. Banyak cara untuk mempercantik penampilan gigi.
Gigi yang tidak rapi dapat dilakukan perawatan ortrhodontic (behel). Gigi yang
berlubang atau rusak dapat dilakukan penambala, veneer atau crown. Gigi yang
hilang dapat diganti dengan gigi tiruan, crown and bridge atau implan. Gigi
yang berubah warna? Bleachinglah salah satu solusinya.
Dental bleaching sudah
sangat lama dilakukan oleh dokter gigi. Sejarah mencatat prosedur pemutihan
gigi dilakukan tahun 1850 dengan bahan kapur. Pada tahun 1877 ditemukan bahan
asam oksalat yang digunakan dokter gigi untuk perawatan bleaching. Dengan
semakin berkembangnya ilmu dan teknologi akhirnya pada tahun 1895 ditemukan
bahan hidrogen peroksida sebagai pemutih
gigi yang aman dan efektif. Hidrogen peroksida sampai sekarang masih digunakan
sebagai bahan dasar bleaching yang digunakan dokter gigi di klinik ataupun di
rumah.
Perubahan warna gigi
manusia dapat terjadi seiring dengan pertambahan usia. Secara fisiologis
(normal) lapisan dentin gigi akan semakin menebal dengan bertambahnya usia
seseorang sehingga menyebabkan warna gigi akan menjadi lebih gelap. Sedangkan
perubahan warna gigi secara patologik (tidak normal) disebabkan oleh faktor
dari luar ataupun dari dalam.
1.
Faktor dari luar
Terjadi
pewarnaan gigi atau stain akibat deposit atau penumpukan zat zat dari luar
tubuh pada permukaan email gigi. Makanan,
minuman (bersoda), ataupun nikotin dan tar yang terkandung dalam rokok
dapat menyebabkan stain yang gelap pada permukaan gigi, terutama di daerah
leher gigi di bagian permukaan dalam, yang terjadi secara perlahan dalam jangka
waktu yang panjang.
Gigi
yang ditambal dengan amalgam (logam) juga dapat membuat gigi berubah warna
kehitaman
2. Faktor dari dalam
Gigi
dapat mengalami diskolorisasi atau perubahan warna pada masa pembentukan
struktur gigi pada usia anak anak. Perubahan warna gigi disebabkan oleh faktor
dari dalam jaringan gigi atau jaringan pulpa (pembuluh darah dan saraf gigi). Warna
gigi yang keabu-abuan pada gigi yang terkena antibitotik tetrasiklin yang
dikonsumsi saat masa pembentukan email. Hal ini paling rentan terjadi pada saat
trimester kedua masa kehamilan hingga anak berusia 8 tahun.
Kelebihan
fluor di masa kanak-kanak saat masa pembentukkan email dapat menyebabkan
terjadinya gangguan mineralisasi gigi, sehingga terlihat bercak-bercak putih
pada permukaan gigi (dental fluorosis).
Perdarahan
hebat (haemoragi) dalam kamar pulpa terjadi karena luka trauma (injury traumatic)
pada gigi yang menyebabkan putusnya pembuluh darah pada pulpa, sel darah merah
yang pecah akan melepaskan hemoglobin dan darah terserap ke dalam rongga gigi.
Zat besi dalam hemoglobin bergabung dengan hydrogen sulfide yang diproduksi
oleh bakteri akan membentuk iron sulfide. Zat ini adalah pigmen yang berwarna
sangat gelap, sehingga menyebabkan warna gelap kemerahan.
Giigi putih dan sehat
secara alami sebenarnya bukanlah hal yang sulit untuk didapatkan. Hal hal sederhana
berikut ini dapat dilakukan untuk
mendapatkan gigi sehat dan putih cemerlang:
1. Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat
gigi minimal 2 kali sehari terutama sebelum tidur malam.
2. Gunakan sikat gigi dengan bulu lembut, ujung sikat mengecil supaya dapat
menjangkau daerah yang sempit dan geraham paling ujung.
3. Berkunjung ke dokter gigi secara berkala setiap enam bulan sekali untuk mencegah
terjadinya karies (gigi berlubang) dan penumpukan karang gigi. Karang gigi
dapat pula menimbulkan peradangan pada gusi yang salah satunya sering
menyebabkan gusi berdarah.
4. Perbanyak konsumsi makanan yang berperan
memutihkan gig secara alami, seperti apel, strawberry, wortel, seledri,
brokoli, bayam, daun selada yang terbukti efektif mencegah terjadinya noda pada
gigi.
Gigi yang berubah warna
tentu tak elok dipandang. Bila perawatan rutin dan alamiah dirasa kurang, teknik
bleaching atau pemutihan gigi adalah solusinya.
Pemutihan gigi atau
bleaching adalah suatu tindakan untuk menghilangkan pewarnaan pada gigi secara
kimiawi dengan menggunakan bahan oksidator atau reduktor.
Prosedur bleaching
menggunakan bahan kimia, yang paling sering digunakan adalah peroksida
(karbamid peroksida dan hydrogen peroksida). Karbamid peroksida tersedia dalam
berbagai konsentrasi, mulai dari 3% hingga 15%. Dari hasil beberapa penelitian
diketahui bahwa yang paling aman sekaligus efektif adalah karbamid peroksida
10%.
Proses ini melibatkan
reaksi oksidasi dan reduksi, dimana peroksida bertindak sebagai agen
peng-oksidasi (oksidator). Karbamid peroksida akan terurai menjadi hydrogen
peroksida dan urea. Hydrogen peroksida inilah yang akan menghasilkan radikal
bebas, yang akan bereaksi dengan molekul organik dalam email gigi. Dengan
adanya reaksi ini, molekul organik yang berukuran besar dan berpigmentasi tinggi
akan menjadi molekul berukuran lebih kecil dan lebih sedikit pigmen. Molekul
kecil ini lebih sedikit merefleksikan cahaya. Hasil akhirnya gigi tampak lebih
putih.
Macam prosedur
bleaching
Proses pemutihan gigi
atau bleaching dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Teknik pemutihan internal untuk gigi
non-vital (bleaching intra corona)
Gigi yang sudah
non-vital (mati) ini terlebih dahulu harus dilakukan perawatan saluran akar
(endodontik). Bahan bleaching yang umumnya digunakan adalah superoksol
(hydrogen peroksida 30% – 35%) dan sodium perborat. Dokter gigi akan memasukkan
bahan bleaching ini ke dalam mahkota gigi, ditutup dengan tambalan sementara
dan pasien harus kembali setelah 3 sampai 7 hari.
2. Teknik pemutihan eksternal untuk gigi vital
a. At home bleaching
Perawatan bleaching
yang dilakukan sendiri di rumah di sebut sebagai at home bleaching. Teknik at
home bleaching yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan tray.
Pertama-tama pasien dicetak untuk mendapatkan tray yang sesuai dengan
rahanganya. Warna gigi pasien sebelum dilakukan perawatan dicatat, agar warna
sebelum dan sesudah aplikasi dapat dibandingkan.
Tray ini berfungsi
untuk menjaga bahan bleaching hanya terfokus mengenai gigi saja, dan tidak
mengenai jaringan lunak (gusi dan sekitarnya).
Aplikasi bahan at home
bleaching ini bervariasi, tergantung petunjuk pabrik pembuatnya. Biasanya
aplikasinya membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 2-8 jam per hari selama 2
minggu.
Selain dengan
menggunakan tray, at home bleaching juga dapat dilakukan dengan menggunakan
kuas dan biasa disebut paint-on bleaching. Namun biasanya konsentrasi bahan
yang digunakan lebih rendah, jadi hasilnya juga kurang memuaskan.
b. In office bleaching
In-office bleaching
biasanya menggunakan bahan hidrogen peroksida 35 %, dan dapat dilakukan dengan
bantuan penyinaran atau dengan bantuan laser. Hidrogen peroksida berkonsentrasi
tinggi ini jauh lebih efektif daripada karbamid peroksida yang digunakan di
rumah (at-home bleaching) namun harus dilakukan oleh dokter gigi, karena ia
berpotensi untuk menimbulkan iritasi pada jaringan lunak di sekitar gigi.
Dengan adanya bantuan
sinar atau panas, reaksi reduksi oksidasi dapat lebih cepat terjadi. Prosedur
perawatan menjadi relatif singkat, yaitu rata-rata 1-2 jam per kunjungan.
Sehingga hasilnya juga lebih memuaskan.
Efek samping dental
bleaching
Efek samping yang
paling sering terjadi setelah perawatan bleaching adalah sensitivitas gigi dan
iritasi pada jaringan lunak seperti gusi. Hidrogen peroksida dapat berpentrasi
ke ruang pulpa melalui email dan dentin, dan menyebabkan rasa ngilu. Oleh
karena itu dianjurkan untuk dilakukan aplikasi fluor pasca perawatan bleaching
untuk mengurangi rasa ngilu.
Keadaan-keadaan di mana
bleaching sebaiknya tidak dilakukan
1. Ruang pulpa yang berisi pembuluh darah dan
syaraf masih sangat besar, yaitu pada usia muda. Oleh karena itu bleaching
tidak disarankan untuk anak-anak dan remaja.
2. Kehilangan lapisan email yang berat,
seperti pada keadaan fluorosis yang berat atau pada kasus hipoplasia email dan
amelogenesis imperfekta.
3. Orang yang giginya banyak tambalan atau
restorasi, terutama pada daerah gigi depan
4. Orang dengan riwayat alergi terhadap
peroksida.
Oleh karena itu, dokter
gigi berperan penting dalam menentukan boleh atau tidaknya bleaching dilakukan.
Keadaan rongga mulut perlu diperiksa terlebih dulu, gigi harus bersih dari karang gigi dan karies.
Beberapa hal yang
penting untuk diketahui :
1. Bila bleaching dilakukan secara berlebihan
maka akan mencapai titik saturasi. Bila titik ini terlampaui, maka yang terjadi
bukannya gigi bertambah putih tapi email akan rusak.
2. Prosedur pemutihan gigi tidak dijamin
efektif untuk semua kasus. Tidak semua perubahan warna pada gigi dapat diperbaiki
dengan prosedur bleaching. Gigi dengan tetracycline stain berat mungkin
warnanya bisa lebih terang tapi garis khas yang terlihat di permukaan gigi yang
berubah warna akibat antibiotik ini tidak akan dapat dihilangkan. Gigi dengan
fluorosis berat juga tidak dapat diperbaiki dengan bleaching. Pada keadaan
tersebut dokter gigi seharusnya menjelaskan kepada pasien agar tidak kecewa
dengan hasil perawatan, dan memberi alternatif perawatan lain seperti pembuatan
mahkota tiruan atau dengan restorasi lain seperti labial veneer.
3. Hasil dari perawatan bleaching bersifat
sementara. Gigi mungkin kembali kuning, meski lamanya ketahanan efek dari
perawatan ini masih diperdebatkan. Pola makan dan minum serta penjagaan
kebersihan mulut sangat mempengaruhi efek jangka panjang dari perawatan
bleaching. Setelah beberapa lama, perawatan bleaching dapat kembali dilakukan.
Banyaknya produk
bleaching yang mengklaim dapat membuat gigi putih cemerlang terkadang memikat
masyarakat. Prosedur pemutihan gigi ini seharusnya tidak dilakukan secara
sembarangan, dan sebaiknya di bawah supervisi dokter gigi. Supaya tidak dengan
mudah terbius iklan, setiap individu yang ingin menjalani prosedur bleaching
sebaiknya mengetahui apa dan bagaimana mekanismenya. Dengan demikian efek
samping dan konsekuensi yang mungkin akan dihadapi sudah dipahami terlebih
dulu.
Semoga bermanfaat.
Sampai jumpa pada artikel kesehatan dengan topik yang berbeda
Soli Deo Gloria