Cari artikel

Sunday, March 27, 2016

Gingivektomy dan Gingivoplasty

Adalah prosedur operasi ringan untuk mengembalikan estetika dari gusi yang mengalami pembengkakan  yang diakibatkan karena penyakit atau pemakaian kawat gigi.

Prosedur ini juga untuk mengembalikan warna gusi kembali normal (pink) pada gusi yang kehitaman (rokok, usia tua, crown logam dll )





BLEACHING atau PEMUTIHAN GIGI

Penampilan wajah yang menarik adalah dambaan setiap orang. Penampilan wajah yang menarik akan lebih sempurna bila ditunjang dengan senyum yang menawan. Senyuman yang menawan akan lebih indah bila terdapat gigi gigi yang sehat, rapi dan putih cemerlang. Gigi yang sehat dan putih membuat si empunya gigi merasa terlihat lebih muda dan lebih percaya diri. Warna gigi dapat berubah karena berbagai faktor dan perubahan warna gigi ini menimbulkan persoalan estetika yang dapat memberikan dampak psikologi yang cukup besar, terutama apabila terjadi pada gigi depan. Tuntutan estetika inilah yang sering membuat seseorang melakukan perawatan pada giginya.
Beberapa profesi tertentu juga memerlukan penampilan gigi yang prima seperti reporter, master of ceremony, customer service dll. Banyak cara untuk mempercantik penampilan gigi. Gigi yang tidak rapi dapat dilakukan perawatan ortrhodontic (behel). Gigi yang berlubang atau rusak dapat dilakukan penambala, veneer atau crown. Gigi yang hilang dapat diganti dengan gigi tiruan, crown and bridge atau implan. Gigi yang berubah warna? Bleachinglah salah satu solusinya.
Dental bleaching sudah sangat lama dilakukan oleh dokter gigi. Sejarah mencatat prosedur pemutihan gigi dilakukan tahun 1850 dengan bahan kapur. Pada tahun 1877 ditemukan bahan asam oksalat yang digunakan dokter gigi untuk perawatan bleaching. Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi akhirnya pada tahun 1895 ditemukan bahan hidrogen peroksida  sebagai pemutih gigi yang aman dan efektif. Hidrogen peroksida sampai sekarang masih digunakan sebagai bahan dasar bleaching yang digunakan dokter gigi di klinik ataupun di rumah.
Perubahan warna gigi manusia dapat terjadi seiring dengan pertambahan usia. Secara fisiologis (normal) lapisan dentin gigi akan semakin menebal dengan bertambahnya usia seseorang sehingga menyebabkan warna gigi akan menjadi lebih gelap. Sedangkan perubahan warna gigi secara patologik (tidak normal) disebabkan oleh faktor dari luar ataupun dari dalam.
1.      Faktor dari luar
Terjadi pewarnaan gigi atau stain akibat deposit atau penumpukan zat zat dari luar tubuh pada permukaan email gigi.  Makanan, minuman (bersoda), ataupun nikotin dan tar  yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan stain yang gelap pada permukaan gigi, terutama di daerah leher gigi di bagian permukaan dalam, yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang.

Gigi yang ditambal dengan amalgam (logam) juga dapat membuat gigi berubah warna kehitaman



2.        Faktor dari dalam
Gigi dapat mengalami diskolorisasi atau perubahan warna pada masa pembentukan struktur gigi pada usia anak anak. Perubahan warna gigi disebabkan oleh faktor dari dalam jaringan gigi atau jaringan pulpa (pembuluh darah dan saraf gigi). Warna gigi yang keabu-abuan pada gigi yang terkena antibitotik tetrasiklin yang dikonsumsi saat masa pembentukan email. Hal ini paling rentan terjadi pada saat trimester kedua masa kehamilan hingga anak berusia 8 tahun.


Kelebihan fluor di masa kanak-kanak saat masa pembentukkan email dapat menyebabkan terjadinya gangguan mineralisasi gigi, sehingga terlihat bercak-bercak putih pada permukaan gigi (dental fluorosis).


Perdarahan hebat (haemoragi) dalam kamar pulpa terjadi karena luka trauma (injury traumatic) pada gigi yang menyebabkan putusnya pembuluh darah pada pulpa, sel darah merah yang pecah akan melepaskan hemoglobin dan darah terserap ke dalam rongga gigi. Zat besi dalam hemoglobin bergabung dengan hydrogen sulfide yang diproduksi oleh bakteri akan membentuk iron sulfide. Zat ini adalah pigmen yang berwarna sangat gelap, sehingga menyebabkan warna gelap kemerahan.


Giigi putih dan sehat secara alami sebenarnya bukanlah hal yang sulit untuk didapatkan. Hal hal sederhana berikut ini dapat dilakukan  untuk mendapatkan gigi sehat dan putih cemerlang:
1.    Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi minimal 2 kali sehari terutama sebelum tidur malam.
2.    Gunakan sikat gigi dengan bulu  lembut, ujung sikat mengecil supaya dapat menjangkau daerah yang sempit dan geraham paling ujung.
3.    Berkunjung ke dokter gigi secara berkala  setiap enam bulan sekali untuk mencegah terjadinya karies (gigi berlubang) dan penumpukan karang gigi. Karang gigi dapat pula menimbulkan peradangan pada gusi yang salah satunya sering menyebabkan gusi berdarah.
4.    Perbanyak konsumsi makanan yang berperan memutihkan gig secara alami, seperti apel, strawberry, wortel, seledri, brokoli, bayam, daun selada yang terbukti efektif mencegah terjadinya noda pada gigi.
Gigi yang berubah warna tentu tak elok dipandang. Bila perawatan rutin dan alamiah dirasa kurang, teknik bleaching atau pemutihan gigi adalah solusinya.
Pemutihan gigi atau bleaching adalah suatu tindakan untuk menghilangkan pewarnaan pada gigi secara kimiawi dengan menggunakan bahan oksidator atau reduktor.
Prosedur bleaching menggunakan bahan kimia, yang paling sering digunakan adalah peroksida (karbamid peroksida dan hydrogen peroksida). Karbamid peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi, mulai dari 3% hingga 15%. Dari hasil beberapa penelitian diketahui bahwa yang paling aman sekaligus efektif adalah karbamid peroksida 10%.
Proses ini melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi, dimana peroksida bertindak sebagai agen peng-oksidasi (oksidator). Karbamid peroksida akan terurai menjadi hydrogen peroksida dan urea. Hydrogen peroksida inilah yang akan menghasilkan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan molekul organik dalam email gigi. Dengan adanya reaksi ini, molekul organik yang berukuran besar dan berpigmentasi tinggi akan menjadi molekul berukuran lebih kecil dan lebih sedikit pigmen. Molekul kecil ini lebih sedikit merefleksikan cahaya. Hasil akhirnya gigi tampak lebih putih.

Macam prosedur bleaching
Proses pemutihan gigi atau bleaching dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1.    Teknik pemutihan internal untuk gigi non-vital (bleaching intra corona)
Gigi yang sudah non-vital (mati) ini terlebih dahulu harus dilakukan perawatan saluran akar (endodontik). Bahan bleaching yang umumnya digunakan adalah superoksol (hydrogen peroksida 30% – 35%) dan sodium perborat. Dokter gigi akan memasukkan bahan bleaching ini ke dalam mahkota gigi, ditutup dengan tambalan sementara dan pasien harus kembali setelah 3 sampai 7 hari.

2.    Teknik pemutihan eksternal untuk gigi vital
a.    At home bleaching
Perawatan bleaching yang dilakukan sendiri di rumah di sebut sebagai at home bleaching. Teknik at home bleaching yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan tray. Pertama-tama pasien dicetak untuk mendapatkan tray yang sesuai dengan rahanganya. Warna gigi pasien sebelum dilakukan perawatan dicatat, agar warna sebelum dan sesudah aplikasi dapat dibandingkan.
Tray ini berfungsi untuk menjaga bahan bleaching hanya terfokus mengenai gigi saja, dan tidak mengenai jaringan lunak (gusi dan sekitarnya).

                                                      
Aplikasi bahan at home bleaching ini bervariasi, tergantung petunjuk pabrik pembuatnya. Biasanya aplikasinya membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 2-8 jam per hari selama 2 minggu.
Selain dengan menggunakan tray, at home bleaching juga dapat dilakukan dengan menggunakan kuas dan biasa disebut paint-on bleaching. Namun biasanya konsentrasi bahan yang digunakan lebih rendah, jadi hasilnya juga kurang memuaskan.

b.    In office bleaching
In-office bleaching biasanya menggunakan bahan hidrogen peroksida 35 %, dan dapat dilakukan dengan bantuan penyinaran atau dengan bantuan laser. Hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi ini jauh lebih efektif daripada karbamid peroksida yang digunakan di rumah (at-home bleaching) namun harus dilakukan oleh dokter gigi, karena ia berpotensi untuk menimbulkan iritasi pada jaringan lunak di sekitar gigi.
Dengan adanya bantuan sinar atau panas, reaksi reduksi oksidasi dapat lebih cepat terjadi. Prosedur perawatan menjadi relatif singkat, yaitu rata-rata 1-2 jam per kunjungan. Sehingga hasilnya juga lebih memuaskan.




Efek samping dental bleaching
Efek samping yang paling sering terjadi setelah perawatan bleaching adalah sensitivitas gigi dan iritasi pada jaringan lunak seperti gusi. Hidrogen peroksida dapat berpentrasi ke ruang pulpa melalui email dan dentin, dan menyebabkan rasa ngilu. Oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan aplikasi fluor pasca perawatan bleaching untuk mengurangi rasa ngilu.
Keadaan-keadaan di mana bleaching sebaiknya tidak dilakukan
1.    Ruang pulpa yang berisi pembuluh darah dan syaraf masih sangat besar, yaitu pada usia muda. Oleh karena itu bleaching tidak disarankan untuk anak-anak dan remaja.
2.    Kehilangan lapisan email yang berat, seperti pada keadaan fluorosis yang berat atau pada kasus hipoplasia email dan amelogenesis imperfekta.
3.    Orang yang giginya banyak tambalan atau restorasi, terutama pada daerah gigi depan
4.    Orang dengan riwayat alergi terhadap peroksida.
Oleh karena itu, dokter gigi berperan penting dalam menentukan boleh atau tidaknya bleaching dilakukan. Keadaan rongga mulut perlu diperiksa terlebih dulu, gigi harus bersih dari  karang gigi dan karies.
Beberapa hal yang penting untuk diketahui :
1.    Bila bleaching dilakukan secara berlebihan maka akan mencapai titik saturasi. Bila titik ini terlampaui, maka yang terjadi bukannya gigi bertambah putih tapi email akan rusak.
2.    Prosedur pemutihan gigi tidak dijamin efektif untuk semua kasus. Tidak semua perubahan warna pada gigi dapat diperbaiki dengan prosedur bleaching. Gigi dengan tetracycline stain berat mungkin warnanya bisa lebih terang tapi garis khas yang terlihat di permukaan gigi yang berubah warna akibat antibiotik ini tidak akan dapat dihilangkan. Gigi dengan fluorosis berat juga tidak dapat diperbaiki dengan bleaching. Pada keadaan tersebut dokter gigi seharusnya menjelaskan kepada pasien agar tidak kecewa dengan hasil perawatan, dan memberi alternatif perawatan lain seperti pembuatan mahkota tiruan atau dengan restorasi lain seperti labial veneer.
3.    Hasil dari perawatan bleaching bersifat sementara. Gigi mungkin kembali kuning, meski lamanya ketahanan efek dari perawatan ini masih diperdebatkan. Pola makan dan minum serta penjagaan kebersihan mulut sangat mempengaruhi efek jangka panjang dari perawatan bleaching. Setelah beberapa lama, perawatan bleaching dapat kembali dilakukan.


Banyaknya produk bleaching yang mengklaim dapat membuat gigi putih cemerlang terkadang memikat masyarakat. Prosedur pemutihan gigi ini seharusnya tidak dilakukan secara sembarangan, dan sebaiknya di bawah supervisi dokter gigi. Supaya tidak dengan mudah terbius iklan, setiap individu yang ingin menjalani prosedur bleaching sebaiknya mengetahui apa dan bagaimana mekanismenya. Dengan demikian efek samping dan konsekuensi yang mungkin akan dihadapi sudah dipahami terlebih dulu.
Semoga bermanfaat. Sampai jumpa pada artikel kesehatan dengan topik yang berbeda

Soli Deo Gloria