Cari artikel

Tuesday, May 31, 2016

MENGAPA KITA BISA CADEL

MENGAPA KITA BISA  CADEL?         

Gigi geligi, lidah, bibir dan otot otot mulut adalah satu kesatuan dalam organ rongga mulut yang mempunyai fungsi :
1.      Mastikasi, yaitu pengunyahan makan sebelum masuk ke dalam rongga perut. Bahan makanan yang kita makan, haruslah dilembutkan oleh gigi geligi supaya kerja lambung dan usus tidak terlalu berat untuk mengolahnya di dalam perut.
2.      Fonetik, merupakan fungsi bicara. Huruf, vocal dan konsonan terbentuk karena kerjasama antara gigi, lidah dan otot bibir.
3.      Estetik, keindahan wajah juga sangat dipengaruhi oleh gigi geligi dan bibir.
Bila salah satu dari keempat organ tubuh terganggu atau mengalami kelainan serta penyakit, tentu dapat mempengaruhi fungsi fungsi mastikasi, fonetik dan estetik tersebut.
Artikel kali ini akan mengulas tentang lidah dan otot ototnya terhadap fungsi bicara selain sebagai organ pengecap rasa . Bunyi huruf, kata dan kalimat yang terdebgar merupakan kerja sama antara lidah, gigi dan bibir. Gerakan dan posisi lidah dalam mulut sangat menentukan bunyi yang dihasilkan sepewrti R, L, M, N dll. Bunyi desis S, V, F adalah gigi geligi depan yang berperan. Huruf O, U, I, A, E dihasilkan deri bentuk bibir kita.
Lidah, terletak didasar mulut manusia. Dipegang oleh otot otot dasar mulut. Bagian tengah lidah dihubungkan oleh otot atau tali lidah ke dasar mulut. Otot ini disebut frenulum lingualis. Tali lidah ini terlihat bila kita mengangkat lidah kita.
Pergerakan dari lidah ditentukan oleh otot/ tali lidah ini. Tali lidah ini dapat bervariasi pada tiap individu, ada yang tebal atau tipis, panjang atau pendek. Timbul masalah bila frenulum lingualis ini tebal dan pendek. Pergerakan lidah menjadi sangat terbatas sehingga sangat menggangu fungsi pengunyahan dan bicara. Kelainan ini disebut tongue tie atau ankyloglosia. Rasio kelainan ini 4-12% pada bayi dan akan menetap sampai usia dewasa, serta lebih sering terjadi pada pria dengan perbandingan 3:1 dengan wanita.


Tongue tie pada bayi berakibat pada fungsi menyusui ASI yang tidak maksimal. Lidah bayi dengan frenulum yang normal akan membawa puting ke dalam mulut kemudian menstabilkan posisi serta membentuk jaringan “dot” dari puting. Tali lidah yang normal itu tipis serta mudah bergerak untuk terangkat, menjulur, melebar, menyamping dan membentuk lekukan yang melingkupi payudara. Gerakan lidah yang sempurna akan memeras payudara sehingga ASI masuk ke dalam mulut dan tertelan dengan mudah. Lidah tidak mampu menjulur melampaui gusi dan bibir bawah. Sedangkan pada bayi dengan frenulum yang pendek akan menyebabkan : gerakan lidah terbatas, lidah memblokade masuknya payudara sehingga bayi hanya melekat dangkal dan sekat bibir yang terbentuk tidak rapat, puting dan areola langsung “berhadapan” dengan gusi sehingga mudah terluka. Hal ini sering menimbulakn rewel pada bayi dan rasa tidak nyaman/ sakit pada ibu.
Tingkat keparahan  tongue tie menggunakan klasifikasi Kotlow (2011) berdasarkan jarak antara ujung lidah dengan perlekatan frenulum:
Tipe I     : Mild ankyloglossia (12 – 16 mm)
Tipe II   : Moderate (8 – 11 mm)
Tipe III : Severe (3 – 7 mm)
Tipe IV  : Complete (kurang dari 3 mm)

Pemeriksaan fisik tonge tie pada batyi:
1.      Lihat kondisi mulut saat bayi membuka mulutnya secara lebar dan sempit, apakah lidah bisa terlihat dan bagaimana posisinya dari gusi.
2.      Amati ketika lidah terangkat, apakah membentuk “U”, “V” dan apakah ada takik di ujung lidah.
3.      Amati apakah tampak adanya groove/celah di tengah lidah saat menangis.
4.      Tampak adanya blister di bibir bayi akibat bibir kurang bisa terputar keluar.
5.      Lakukan perabaan : ukur jarak maksimal ujung tengah lidah diatas mandibula saat lidah terangkat, nilai dinamika gerakan lidah, groove yang hilang – timbul, seberapa jauh lidah menjulur (normalnya > 1 cm dari bibir bawah), nilai derajat gigitan bayi.
Evaluasi hisapan bayi:
Normalnya bayi akan menghisap dengan gerakan yang mengalir halus dan kedua sisi lidah mampu melingkupi jari pemeriksa. Bayi dengan tongue tie biasanya sering menggigit, sering tersedak, sering terasa sentuhan gusi bagian bawah, kurang kuat menghisap.

Evaluasi transfer ASI:
Bayi dengan tongue tie sering hanya menggigit saat melekat, sering tertidur saat menyusu, sering jeda istirahat antar-hisapan, pipi kempot, sering mengunyah, genggaman tangan dekat wajahnya, sering melepas payudara saat menyusu. Saat menyusu sering terdengar bunyi “cup cup cup”, tersedak, menyedot udara akibat sekat bibir tidak bisa rapat. Sedotan udara ini menyebabkan aerofagia sehingga bayi “kembung” dan kolik. Tampak ASI sering bocor keluar dari sisi bibir atau hidung. Bayi menyusui sangat lama.

Hisapan aktif bayi yang baik harusnya ritmis dan gerakannya terlihat “berjalan” diantara irama gerakan otot serta kerangka wajah. Alis dan pundak tampak rileks, tubuh perlahan rileks dengan genggaman tangan terbuka dengan rileks.


Ankyloglosi atau tongue tie pada bayi bila tidak dilakukan perawatan akan menetap sampai dewasa. Tanda dan gejala ankiloglosia adalah pada orang dewasa adalah bentuk lidah yang seperti hati ketika diangkat, tidak dapat mennulurkan lidah keluar dan mengarahkan pada satu titik, bentuk lidah bengkok ketika dijulurkan. Kelainan ini mengakibatkan sulit dalam menelan, masalah ketika berbiara dan sulit ketika menelan. Penderita  tidak dapat membersihkan makanan yang berada di langit lagit atau di celahantara pipi dan gusi dengan lidahnya. Gigi geligi depan rahang bawah dapat terbentuk celah /tidak rapat, gusi mengalami resesi/ penurunan. Dan yang paling jelas terjadi adalah penderita menjadi cadel dalam berbicara. Huruf R dihasilkan dengan menggetarkan lidah dan menaruh lidah pada langit langit. Orang dengan tongue tie tidak maksimal dalam meletakkan lidah pada langit langit, sehingga yang terdengar adalah bunyi huruf L. Keadaan ini tentu menimbulkan persoalan psikologis pada penderitanya dengan merasa malu atau minder.

Penanganan kelainan tongue tie atau ankyloglosi ini dengan prosedur bedah ringan yang dinamakan frenectomy atau pemotongan taliu lidah. Sebuah prosedur bedah sederhana tetapi tetap dilakukan oleh seorang dokter gigi dengan spesialis tertentu (Periodonsia atau Bedah Mulut). Frenectomy ini bisa dilakukan pada balita ataupun setelah dewasa untuk mengkoreksi fungsi menyusui, pengunyahan atau bicara.
Setelah proses pembedahan dokter akan memberikan obat antibiotik dan penghilang rasa sakit. Proses pemulihan dapat dicapai dalam 3 – 7 hari.

Semoga bermanfaat, dan sampai jumpai pada topik berikutnya.

Sunday, May 1, 2016

MENGENAL SI TROUBLE MAKER : GIGI GERAHAM BUNGSU

Dalam satu periode kehidupan manusia, ada tiga fase pertumbuhan gigi geligi dalam rongga mulut. Benih gigi mulai terbentuk pada usia kehamilan 16 minggu, sehingga diperlukan asupan kalsium dan fluor yang cukup untuk pertumbuhan gigi geligi dan tulang yang kuat. Fase pertama adalah masa gigi bercampur, dimulai pada usia 6-7 bulan dengan tumbuhnya gigi seri bawah diikuti gigi seri atas pada usia 7-8 bulan. Terus bererupsi sampai berjumlah 20 gigi susu sampai usia 11-12 tahun.



Fase ke dua, masa gigi bercampur (mix dentition), yaitu gigi geligi susu masih ada di dalam rongga mulut tetapi gigi dewasa sudah mulai erusi. Gigi tampak berjejal jejal dan tidak rapi. Ukuran gigi dewasa lebih besar dari gigi susu dan warnanya lebih kuning. Fase ini dimulai pada usia 6-7 tahun dengan tumbuhnya gigi seri bawah. Biasanya diawali dengan goyahnya gigi susu (jaman dulu,oleh orang tua kita dicabut dengan benang).
Bila dilakukan rongen foto tampak benih benih gigi yang masih terbenam dalam tulang rahang.





Fase terakhir atau ketiga adalah fase gigi dewasa, dimana 20 gigi susu sudah tergantikan semua oleh 32 gigi dewasa. Gigi yang tarakhir tumbuh adalah gigi geraham ke 3 atau geraham bungsu pada usia 17 tahun atau lebih. Karena proses tumbuhnya pada usia dewasa dengan tulang dan gusi yang sudah keras dan tebal, sering kali menimbulkan rasa sakit, demam, bengkak bahkan sampai trismus (rahang kaku/ tidak bisa membuka mulut)
Seperti halnya makluk hidup, demikian pula manusia mengalami proses evolusi. Pola makanan yang semakin lunak menyebabkan pertumbuhan tulang rahang tidak berkembang secara maksimal. Dahulu lebar rahang atas dan bawah cukup untuk menampung 32 gigi geligi, dengan menciutnya ukuran rahang maka gigi geraham bungsu yang tumbuh terakhir sering tidak mendapat tempat lagi untuk erupsi.
Gigi geraham bungsu ada yang memang tidak ada benih giginya. Bila ada benih gigi tetapi tetap terbenam dalam tulang rahang dinamakan embeded.







Sedangkan gigi geraham bungsu yang tumbuh tetapi tidak pada tempatnya disebut impaksi/ malposisi. Letak gigi geraham bungsu ini bisa bervariasi, bisa vertikal, horisontal, mesio angular bahkan berputar.




Efek samping dari gigi geraham bungsu yang malposisi adalah sulit terjangkau oleh sikat gigi sehingga menjadi tempat berkumpulnya sisa makanan. Dengan kondisi yang tidak bersih ini dapat merusak gigi itu sendiri atau bahkan merusak gigi sebelahnya. Kasus yang lain terkadang tumbuh kista disekitar gigi geraham bungsu tersebut. Yang sering terjadi adalah bengkak yang berulang ulang ulang pada gusi disekitar gigi geraham bungsu itu. Beberapa kasus dilaporkan adalah terbentuknya tumor.



Efek sistemik yang sering dikeluhkan dan sering tidak disadari berasal dari gigi geraham bungsu yang tidak tumbuh atau tumbuh tidak pada tempatnya adalah nyeri kepala, pusing yang berkepanjangan, migrain, tengkuk dan punggung atas yang kaku dan sakit bahkan bisa sampai terjadi vertigo yang parah.
PENANGANAN
Bila sudah banyak menimbulkan keluhan, rasa sakit dan tidak nyaman baik lokal maupun sistemik yang terus menerus, tindakan yang paling baik adalah berkunjung ke dokter gigi. Dokter gigi akan melakukan diagnosa yang baik, mengambil riwayat kesehatan pasien dan rontgen foto sebelum mengambil tindakan. Tindakan operasi kecil / bedah minor yang dilakukan untuk mengambil gigi geraham bungsu tersebut dinamakan odontektomi/ odontotomi. Riwayat sistemik dari penderita yang perlu menjadi perhatian adalah penyakit diabetes mellitus/ kencing manis, hipertensi dan alergi. Sedangkan rontgen foto diperlukan untuk mengetahui posisi yang pasti dari keseluruhan gigi dan akarnya.
Operasi dilakukan oleh dokter gigi yang berkompeten dapat dilakukan dengan pembiusan lokal atau general. Dibutuhkan waktu sekitar 30 – 60 menit untuk mengangkat gigi geraham bungsu yang terbenam ini.
Setelah tindakan oerasi dokter akan memberikan resep antibiotik, antinyeri dan anti bengkak selama 5 hari.

Semoga bermanfaat dan sampai berjumpa pada artikel berikutnya