MENGAPA
KITA BISA CADEL?
Gigi geligi, lidah,
bibir dan otot otot mulut adalah satu kesatuan dalam organ rongga mulut yang
mempunyai fungsi :
1.
Mastikasi, yaitu pengunyahan makan
sebelum masuk ke dalam rongga perut. Bahan makanan yang kita makan, haruslah
dilembutkan oleh gigi geligi supaya kerja lambung dan usus tidak terlalu berat
untuk mengolahnya di dalam perut.
2.
Fonetik, merupakan fungsi bicara. Huruf,
vocal dan konsonan terbentuk karena kerjasama antara gigi, lidah dan otot
bibir.
3.
Estetik, keindahan wajah juga sangat
dipengaruhi oleh gigi geligi dan bibir.
Bila salah satu dari
keempat organ tubuh terganggu atau mengalami kelainan serta penyakit, tentu
dapat mempengaruhi fungsi fungsi mastikasi, fonetik dan estetik tersebut.
Artikel kali ini akan
mengulas tentang lidah dan otot ototnya terhadap fungsi bicara selain sebagai
organ pengecap rasa . Bunyi huruf, kata dan kalimat yang terdebgar merupakan
kerja sama antara lidah, gigi dan bibir. Gerakan dan posisi lidah dalam mulut
sangat menentukan bunyi yang dihasilkan sepewrti R, L, M, N dll. Bunyi desis S,
V, F adalah gigi geligi depan yang berperan. Huruf O, U, I, A, E dihasilkan
deri bentuk bibir kita.
Lidah, terletak didasar
mulut manusia. Dipegang oleh otot otot dasar mulut. Bagian tengah lidah
dihubungkan oleh otot atau tali lidah ke dasar mulut. Otot ini disebut frenulum
lingualis. Tali lidah ini terlihat bila kita mengangkat lidah kita.
Pergerakan dari lidah
ditentukan oleh otot/ tali lidah ini. Tali lidah ini dapat bervariasi pada tiap
individu, ada yang tebal atau tipis, panjang atau pendek. Timbul masalah bila
frenulum lingualis ini tebal dan pendek. Pergerakan lidah menjadi sangat
terbatas sehingga sangat menggangu fungsi pengunyahan dan bicara. Kelainan ini
disebut tongue tie atau ankyloglosia. Rasio kelainan ini 4-12% pada bayi dan
akan menetap sampai usia dewasa, serta lebih sering terjadi pada pria dengan
perbandingan 3:1 dengan wanita.
Tongue tie pada bayi berakibat pada
fungsi menyusui ASI yang tidak maksimal. Lidah bayi dengan frenulum yang
normal akan membawa puting ke dalam mulut kemudian menstabilkan posisi
serta membentuk jaringan “dot” dari puting. Tali lidah yang normal itu
tipis serta mudah bergerak untuk terangkat, menjulur, melebar, menyamping
dan membentuk lekukan yang melingkupi payudara. Gerakan lidah yang
sempurna akan memeras payudara sehingga ASI masuk ke dalam mulut dan
tertelan dengan mudah. Lidah tidak mampu menjulur melampaui gusi dan bibir
bawah. Sedangkan pada bayi dengan frenulum yang pendek akan menyebabkan :
gerakan lidah terbatas, lidah memblokade masuknya payudara sehingga bayi
hanya melekat dangkal dan sekat bibir yang terbentuk tidak rapat, puting
dan areola langsung “berhadapan” dengan gusi sehingga mudah terluka. Hal
ini sering menimbulakn rewel pada bayi dan rasa tidak nyaman/ sakit pada
ibu.
Tingkat
keparahan tongue tie menggunakan
klasifikasi Kotlow (2011) berdasarkan jarak antara ujung lidah dengan
perlekatan frenulum:
Tipe
I : Mild ankyloglossia (12 – 16 mm)
Tipe
II : Moderate (8 – 11 mm)
Tipe
III : Severe (3 – 7 mm)
Tipe
IV : Complete (kurang dari 3 mm)
Pemeriksaan
fisik tonge tie pada batyi:
1. Lihat
kondisi mulut saat bayi membuka mulutnya secara lebar dan sempit, apakah lidah
bisa terlihat dan bagaimana posisinya dari gusi.
2. Amati
ketika lidah terangkat, apakah membentuk “U”, “V” dan apakah ada takik di ujung
lidah.
3. Amati
apakah tampak adanya groove/celah di tengah lidah saat menangis.
4. Tampak
adanya blister di bibir bayi akibat bibir kurang bisa terputar keluar.
5. Lakukan
perabaan : ukur jarak maksimal ujung tengah lidah diatas mandibula saat lidah
terangkat, nilai dinamika gerakan lidah, groove yang hilang – timbul, seberapa
jauh lidah menjulur (normalnya > 1 cm dari bibir bawah), nilai derajat
gigitan bayi.
Evaluasi
hisapan bayi:
Normalnya
bayi akan menghisap dengan gerakan yang mengalir halus dan kedua sisi lidah
mampu melingkupi jari pemeriksa. Bayi dengan tongue tie biasanya sering
menggigit, sering tersedak, sering terasa sentuhan gusi bagian bawah, kurang
kuat menghisap.
Evaluasi
transfer ASI:
Bayi
dengan tongue tie sering hanya menggigit saat melekat, sering tertidur saat
menyusu, sering jeda istirahat antar-hisapan, pipi kempot, sering mengunyah,
genggaman tangan dekat wajahnya, sering melepas payudara saat menyusu. Saat
menyusu sering terdengar bunyi “cup cup cup”, tersedak, menyedot udara akibat
sekat bibir tidak bisa rapat. Sedotan udara ini menyebabkan aerofagia sehingga
bayi “kembung” dan kolik. Tampak ASI sering bocor keluar dari sisi bibir atau
hidung. Bayi menyusui sangat lama.
Hisapan
aktif bayi yang baik harusnya ritmis dan gerakannya terlihat “berjalan”
diantara irama gerakan otot serta kerangka wajah. Alis dan pundak tampak
rileks, tubuh perlahan rileks dengan genggaman tangan terbuka dengan rileks.
Ankyloglosi
atau tongue tie pada bayi bila tidak dilakukan perawatan akan menetap sampai
dewasa. Tanda dan gejala ankiloglosia adalah pada orang dewasa adalah bentuk
lidah yang seperti hati ketika diangkat, tidak dapat mennulurkan lidah keluar
dan mengarahkan pada satu titik, bentuk lidah bengkok ketika dijulurkan.
Kelainan ini mengakibatkan sulit dalam menelan, masalah ketika berbiara dan
sulit ketika menelan. Penderita tidak
dapat membersihkan makanan yang berada di langit lagit atau di celahantara pipi
dan gusi dengan lidahnya. Gigi geligi depan rahang bawah dapat terbentuk celah
/tidak rapat, gusi mengalami resesi/ penurunan. Dan yang paling jelas terjadi
adalah penderita menjadi cadel dalam berbicara. Huruf R dihasilkan dengan
menggetarkan lidah dan menaruh lidah pada langit langit. Orang dengan tongue
tie tidak maksimal dalam meletakkan lidah pada langit langit, sehingga yang
terdengar adalah bunyi huruf L. Keadaan ini tentu menimbulkan persoalan
psikologis pada penderitanya dengan merasa malu atau minder.
Penanganan
kelainan tongue tie atau ankyloglosi ini dengan prosedur bedah ringan yang
dinamakan frenectomy atau pemotongan taliu lidah. Sebuah prosedur bedah
sederhana tetapi tetap dilakukan oleh seorang dokter gigi dengan spesialis tertentu
(Periodonsia atau Bedah Mulut). Frenectomy ini bisa dilakukan pada balita
ataupun setelah dewasa untuk mengkoreksi fungsi menyusui, pengunyahan atau
bicara.
Setelah
proses pembedahan dokter akan memberikan obat antibiotik dan penghilang rasa
sakit. Proses pemulihan dapat dicapai dalam 3 – 7 hari.
Semoga
bermanfaat, dan sampai jumpai pada topik berikutnya.
No comments:
Post a Comment