Cari artikel

Wednesday, July 15, 2015

PENYAKIT RADANG GUSI DAPAT MEYEBABKAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
Kelahiran si buah hati adalah saat yang membahagiakan dan ditunggu tunggu oleh pasangan suami istri. Bayi yang sehat secara fisik dan mental tentulah yang paling diharapkan pada saat melahirkan. Kehamilan kadang kadang mengalami kelainan / komplikasi seperti pre eklamsi, Berat Bayi Lahir Rendah, Persalinan Dini (prematur), Gangguan perkembangan bahkan sampai Bayi lahir mati. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyakit radang gusi merupakan faktor resiko terjadinya kelainan / komplikasi kehamilan, bahkan resikonya melebihi dari kebiasaan merokok dan alkohol pada ibu hamil.
Komplikasi kehamilan seperti keguguran, eklamsia, preeklamsia, persalinan prematur ( < dari 37 minggu ), berat bayi lahir rendah ( < 2500 gram ) dan bayi lahir mati masih merupakan masalah kesehatan di seluruh negara. Bahkan di USA angka kelahiran prematur merupakan angka tertinggi di negara maju yakni 12,2 % di tahun 2009. Di Indonesia angka kematian Ibu dan bayi termasuk tertinggi di Asia Tenggara.  Tahun 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan  sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Banyak faktor yang mempengaruhi komplikasi kehamilan seperti ras, berat badan dan usia ibu, status pendidikan dan sosial ekonomi, ante natal care (pemeriksaan selama kehamilan ), merokok, penyalahgunaan obat obatan, persalinan terakhir dan infeksi. Diantara semuanya itu, infeksi merupakan penyebab terbesar dari komplikasi kehamilan, terutama persalinan prematur dan bayi lahir mati. Infeksi bisa bersifat sistemik seperti ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Atas ) atau malaria, dan infeksi yang bersifat lokal di dalam rahim maupun organ reproduksi ibu.
Gingivitis atau radang gusi adalah adalah peradangan yang terjadi karena terbentuknya plak pada gigi. Plak adalah deposit sisa makanan yang menempel pada gigi akibat kebersihan mulut yang buruk. Plak bila tidak dibersihkan dengan cara menggosok gigi dengan terartur dan benar lama kelamaan akan bereaksi dengan air ludah menjadi keras dan disebut karang gigi (kalkulus). Plak bersifat lunak dan lengket tetapi dengan mudah dihilangkan dengan cara menggosok gigi dengan teratur dan benar. Karang gigi bersifat keras dan menempel kuat pada gigi sampai masuk ke dalam gusi. Karang gigi hanya bisa dibersihkan dengan alat oleh dokter gigi.  Plak pada gigi merupakan tempat berkumpulnya bakteri bakteri merugikan yang ada dalam rongga mulut. Bakteri bakteri ini mengeluarkan toksin (racun) dan enzim enzim yang menyebabkan iritasi dan peradangan pada gusi. Tanda tanda awal terjadinya radang gusi adalah gusi berwarna merah dan bila sudah terjadi keparahan, gusi akan membengkak, lunak dan mudah berdarah (pada saat menggosok gigi atau spontan). Peradangan gusi juga dapat diperparah dengan kondisi sistemik seperti penyakit diabetes mellitus, pemakaian obat obatan ( obat hipertensi dan obat epilepsi), anemia, masa pubertas, kehamilan, menstruasi, letak gigi yang tidak beraturan, tambalan gigi yang kasar, pemakaian alat orthodonsi (behel).
Radang gusi bila tidak segera ditangani dengan baik akan berkembang lebih parah menjadi Periodontitis. Periodontitis adalah penyakit peradangan dan infeksi yang tidak hanya menyerang gusi tetapi juga jaringan penyangga gigi yaitu periodonsium, ligamen periodontal dan tulang rahang. Tanda tandanya adalah terbentuk pocket (kantung) diantara gigi dan gusi, gusi kemerahan dan membengkak, mudah sekali berdarah, kadang kadang terbentuk nanah. Bila sudah parah gigi akan goyang dan bergeser dari tempatnya sehingga terbentuk celah antar gigi atau bahkan sampai maju (tonggos). Bila kerusakan tulang sudah sangat parah, gigi akan lepas sendiri dari rongga mulut. Baik gingivitis maupun periodontitis menyebabkan bau mulut yang sangat menggangu.

Di dalam rongga mulut terdapat 500 jenis spesies bakteri dengan jumlah berjuta juta bakteri. Dalam keadaan normal semua terjadi keseimbangan sehingga tidak timbul suatu penyakit. Bila keseimbangan terganggu, misalnya kebersihan mulut yang buruk, daya tahan tubuh menurun, gangguan keseimbangan hormonal (menstuasi, pubertas, kehamilan) maka bakteri bakteri pathogen (jahat) akan berkembang biak lebih banyak dan semakin aktif. Bakteri jahat yang menyebabkan keparahan dari radang gusi adalah jenis Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Tannarella forshytia, Eiknella corodens, Provotella intermedia, Provotella nigrescens, Campylobacter rectus, Fusobacterium nucleatum, Parvimonas micra, Eubacterium nudatum, Leptotrichia buccalis, Treponema denticola, Selenomonas noxia dan Enteric spp.
Awal tahun 1990, penelitian menggunakan hamster menunjukan bahwa bakteri pada penyakit radang gusi dapat menyebar melalui pembuluh darah dan mencapai rahim hingga memberi pengaruh buruk pada janin dan ibunya.
Infeksi intrauterin merupakan penyebab utama dari hasil kehamilan yang merugikan seperti bayi lahir mati, berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur. Paradigma yang berlaku dahulu menganggap bahwa infeksi dalam rahim berasal dari vagina ibu. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bakteri rongga mulut berperan pada infeksi intra uterin baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian baik pada manusia ataupun binatang menunjukkan bahwa bakteri rongga mulut dapat berpindah tempat melalui pembuluh darah ke dalam rahim.
Infeksi bisa bersifat sistemik ataupun lokal. Infeksi sistemik misalnya malaria dan infeksi saluran nafas, sedangkan infeksi lokal yang terjadi dalam rahim seperti deciduitis, chorioamnionitis dan funisitis. Dalam ilmu kebidanan dan kandungan sudah terbukti bahwa  infeksi bakteri pada cairan ketuban menyebabkan sepsis pada ibu dan janin, meningkatkan resiko kelahiran prematur. Diperlukan pemeriksaan yang akurat untuk memastikan bakteri yang berperan pada infeksi intrauterin ini. Pada pemeriksaan kultur jaringan tradisional di laboratorium rumah sakit banyak bakteri yang tidak terdeteksi. Menggunakan sophisticated culture independent dan DNA finger printing technology dapat terdeteksi bakteri penyebab infeksi yang dahulu tidak dapat terdeteksi dengan kultur tradisional. Dengan teknologi ini ditemukan lebih banyak bakteri yang bukan merupakan bakteri normal pada vagina. Banyak penelitian menunjukkan bahwa infeksi pada rahim berasal dari rongga mulut ibunya daripada berasal dari vagina.
Rongga mulut, seperti halnya kulit dan vagina merupakan habitat utama bakteri di tubuh manusia, dan dapat merupakan  reservoar bakteri infeksius bagi tubuh. Selama ini lebih dari separo bakteri rongga mulut tidak dapat terdeteksi dengan kultur tradisional. Menggunakan culture independentdan DNA finger printing, bakteri dari rongga mulut ibu ditemukan berperan pada infeksi intrauterin yang menyebabkan terjadinya kematian janin dan kelahiran prematur.
Kasus pertama dilaporkan pada tahun 2006, seorang wanita melahirkan bayi prematur usia 24 minggu. Meskipun terjadi inflamasi intrauterin tetapi tidak ditemukan bakteri pada cairan amnion dengan kultur tradisional. Menggunakan culture independent methods ditemukan satu spesies Bergeyella pada cairan ketuban. Bergeyella tidak ditemukan pada vagina ibu, tetapi terdapat dalam plak gigi sang ibu.
Kasus kedua terjadi pada seorang ibu yang melahirkan cukup usia kehamilan ( 39 minggu ). Ibu tersebut terkena infeksi saluran nafas, demam 39ºC. Dalam beberapa hari, janinnya meninggal dalam kandungan. Fusobacterium nucleatum ditemukan pada paru paru dan perut janin. . Fusobacterium nucleatum tidak ditemukan pada vagina tetapi merupakan bakteri plak gigi dari sang ibu.
Rongga mulut, seperti halnya usus, kulit dan vagina merupakan tempat berkembang biaknya bakteri, termasuk bakteri pathogen. Selama keseimbangan flora terjaga, tidak akan terjadi infeksi.
Bergeyella dan F. nucleatum merupakan bakteri yang terdapat  dalam rongga mulut, tetapi apabila berpindah tempat ke bagian tubuh yang lain bisa sangat pathogen. Bergeyella baru saja ditemukan sebagai penyebab infeksi intrauterin, karena tidak terdeteksi pada pemeriksaan laboratorium rumah sakit. F. nucleatum merupakan bakteri anaerob gram negatif yang terdapat dalam rongga mulut yang sering teridentifikasi dalam infeksi rahim.
Bagaimana bakteri tersebut bermigrasi dari mulut ke dalam rahim? 
Kehamilan menyebabkan banyak perubahan dalam tubuh ibu. Salah satunya adalah perubahan kondisi gusi. Wanita dengan penyakit gusi akan semakin parah pada masa kehamilan, demikian pula wanita normal dapat terkena gingivitis selama kehamilan. Gingivitis karena kehamilan terjadi 30 – 75 % pada wanita hamil dan biasanya pulih setelah persalinan.
Perdarahan gusi pada kasus gingivitis  merupakan pintu masuk bakteri ke dalam sirkulasi darah. Fenomena ini disebut bakteremia. Dalam kondisi normal, kekebalan tubuh dapat menangkal bakteremia ini, tetapi kondisi ibu hamil dengan penekanan sitem immun, infasi bakteri dapat mencapai rahim.
Keadaan tersebut seperti yang terjadi pada ibu yang melahirkan bayi mati. Ibu dilaporkan sering mengalami perdarahan gusi selama kehamilan. Infeksi saluran pernafasan atas memperlemah daya tahan tubuhnya, sehingga bakteri masuk ke dalam sirkulasi darah dan menginfeksi rahimnya.
Penelitian ini didukung oleh percobaan pada binatang, dimana koloni F. nucleatum menginfeksi plasenta tikus tanpa menyebabkan infeksi sistemik. Infeksi placenta menyebabkan inflamasi lokal pada rahim tikus dan membunuh bayinya.
Mekanisme secara tidak langsung bakteri pathogen tersebut juga menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Endotoksin ( LPS ) dan bioenzym yang dihasilkan bakteri akan menyebabkan perlukaan pada jaringan. Sebagai respon, jaringan akan mengeluarkan proinflammatory cytokine ( IL -1, IL-6 dan TNF ) dan prostaglandine. Pada persalinan normal, kadar prostaglandin akan terus bertambah hingga mencapai kadar dimana terjadi pacuan untuk kelahiran normal. Pada kondisi infeksi, produksi prostaglandin yang memacu kontraksi rahim sehingga terjadi persalianan sebelum waktunya.
Penelitian dan fakta di masyarakat menunjukkan bahwa periodontitis lebih banyak menyebabkan berat bayi lahir rendah daripada merokok dan alkohol. Bakteri Porphyromonas gingivalis pada kasus periodontitis, meningkatkan kadar TNF α  dan PGE2 cairan amnion. Pada hewan percobaan  kadar TNF α  dan PGE2 menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim.
Pada penelitian, wanita melahirkan BBLR mempunyai kadar GCF, IL1, dari wanita dengan berat bayi normal. BBLR juga dilahirkan dari wanita dengan plak subgingival yang banyak dimana banyak sekali ditemukan koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Tannarella forshytia, P. gingivalis, Treponema denticola yang lebih banyak daripada wanita dengan bayi normal.
KESIMPULAN :
Pepatah lama yang mengatakan Lebih baik mencegah dari pada mengobati tetaplah berlaku sampai saat ini. Karena setelah terjadi suatu kelainan ataupun penyakit akan lebih sulit penanganannya dan tentu saja lebih banyak membutuhkan waktu, tenaga serta uang.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara benar dan teratur dapat mecegah terjadinya penyakit di dalam rongga mulut maupun penyakit sistemik lainnya.
Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat buat pembaca  dan lebih membuka wawasan kita tentang dunia kesehatan.
Sampai jumpa pada topik berikutnya.
Tuhan memberkati kita.


No comments:

Post a Comment