PENYAKIT
RADANG GUSI DAPAT MEYEBABKAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
Kelahiran
si buah hati adalah saat yang membahagiakan dan ditunggu tunggu oleh pasangan
suami istri. Bayi yang sehat secara fisik dan mental tentulah yang paling
diharapkan pada saat melahirkan. Kehamilan kadang kadang mengalami kelainan /
komplikasi seperti pre eklamsi, Berat Bayi Lahir Rendah, Persalinan Dini
(prematur), Gangguan perkembangan bahkan sampai Bayi lahir mati. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa penyakit radang gusi merupakan faktor resiko
terjadinya kelainan / komplikasi kehamilan, bahkan resikonya melebihi dari
kebiasaan merokok dan alkohol pada ibu hamil.
Komplikasi kehamilan
seperti keguguran, eklamsia, preeklamsia, persalinan prematur ( < dari 37
minggu ), berat bayi lahir rendah ( < 2500 gram ) dan bayi lahir mati masih
merupakan masalah kesehatan di seluruh negara. Bahkan di USA angka kelahiran
prematur merupakan angka tertinggi di negara maju yakni 12,2 % di tahun 2009.
Di Indonesia angka kematian Ibu dan bayi termasuk tertinggi di Asia Tenggara. Tahun 2012 tercatat, angka kematian ibu
melahirkan sebesar 102 per seratus ribu
kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Banyak faktor yang
mempengaruhi komplikasi kehamilan seperti ras, berat badan dan usia ibu, status
pendidikan dan sosial ekonomi, ante natal care (pemeriksaan selama kehamilan ),
merokok, penyalahgunaan obat obatan, persalinan terakhir dan infeksi. Diantara
semuanya itu, infeksi merupakan penyebab terbesar dari komplikasi kehamilan,
terutama persalinan prematur dan bayi lahir mati. Infeksi bisa bersifat
sistemik seperti ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Atas ) atau malaria, dan infeksi
yang bersifat lokal di dalam rahim maupun organ reproduksi ibu.
Gingivitis atau radang
gusi adalah adalah peradangan yang terjadi karena terbentuknya plak pada gigi.
Plak adalah deposit sisa makanan yang menempel pada gigi akibat kebersihan
mulut yang buruk. Plak bila tidak dibersihkan dengan cara menggosok gigi dengan
terartur dan benar lama kelamaan akan bereaksi dengan air ludah menjadi keras
dan disebut karang gigi (kalkulus). Plak bersifat lunak dan lengket tetapi dengan
mudah dihilangkan dengan cara menggosok gigi dengan teratur dan benar. Karang
gigi bersifat keras dan menempel kuat pada gigi sampai masuk ke dalam gusi.
Karang gigi hanya bisa dibersihkan dengan alat oleh dokter gigi. Plak pada gigi merupakan tempat berkumpulnya
bakteri bakteri merugikan yang ada dalam rongga mulut. Bakteri bakteri ini
mengeluarkan toksin (racun) dan enzim enzim yang menyebabkan iritasi dan peradangan
pada gusi. Tanda tanda awal terjadinya radang gusi adalah gusi berwarna merah
dan bila sudah terjadi keparahan, gusi akan membengkak, lunak dan mudah
berdarah (pada saat menggosok gigi atau spontan). Peradangan gusi juga dapat
diperparah dengan kondisi sistemik seperti penyakit diabetes mellitus, pemakaian
obat obatan ( obat hipertensi dan obat epilepsi), anemia, masa pubertas,
kehamilan, menstruasi, letak gigi yang tidak beraturan, tambalan gigi yang
kasar, pemakaian alat orthodonsi (behel).
Radang gusi bila tidak
segera ditangani dengan baik akan berkembang lebih parah menjadi Periodontitis.
Periodontitis adalah penyakit peradangan dan infeksi yang tidak hanya menyerang
gusi tetapi juga jaringan penyangga gigi yaitu periodonsium, ligamen
periodontal dan tulang rahang. Tanda tandanya adalah terbentuk pocket (kantung)
diantara gigi dan gusi, gusi kemerahan dan membengkak, mudah sekali berdarah,
kadang kadang terbentuk nanah. Bila sudah parah gigi akan goyang dan bergeser
dari tempatnya sehingga terbentuk celah antar gigi atau bahkan sampai maju
(tonggos). Bila kerusakan tulang sudah sangat parah, gigi akan lepas sendiri
dari rongga mulut. Baik gingivitis maupun periodontitis menyebabkan bau mulut
yang sangat menggangu.
Di dalam rongga mulut
terdapat 500 jenis spesies bakteri dengan jumlah berjuta juta bakteri. Dalam
keadaan normal semua terjadi keseimbangan sehingga tidak timbul suatu penyakit.
Bila keseimbangan terganggu, misalnya kebersihan mulut yang buruk, daya tahan
tubuh menurun, gangguan keseimbangan hormonal (menstuasi, pubertas, kehamilan)
maka bakteri bakteri pathogen (jahat) akan berkembang biak lebih banyak dan
semakin aktif. Bakteri jahat yang menyebabkan keparahan dari radang gusi adalah
jenis Aggregatibacter
actinomycetemcomitans, Porphyromonas
gingivalis, Tannarella forshytia, Eiknella corodens, Provotella intermedia,
Provotella nigrescens, Campylobacter rectus, Fusobacterium nucleatum,
Parvimonas micra, Eubacterium nudatum, Leptotrichia buccalis, Treponema
denticola, Selenomonas noxia dan Enteric
spp.
Awal tahun 1990,
penelitian menggunakan hamster menunjukan bahwa bakteri pada penyakit radang
gusi dapat menyebar melalui pembuluh darah dan mencapai rahim hingga memberi
pengaruh buruk pada janin dan ibunya.
Infeksi intrauterin
merupakan penyebab utama dari hasil kehamilan yang merugikan seperti bayi lahir
mati, berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur. Paradigma yang berlaku
dahulu menganggap bahwa infeksi dalam rahim berasal dari vagina ibu. Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa bakteri rongga mulut berperan pada infeksi
intra uterin baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian baik pada
manusia ataupun binatang menunjukkan bahwa bakteri rongga mulut dapat berpindah
tempat melalui pembuluh darah ke dalam rahim.
Infeksi bisa bersifat
sistemik ataupun lokal. Infeksi sistemik misalnya malaria dan infeksi saluran
nafas, sedangkan infeksi lokal yang terjadi dalam rahim seperti deciduitis, chorioamnionitis dan funisitis. Dalam ilmu kebidanan dan
kandungan sudah terbukti bahwa infeksi
bakteri pada cairan ketuban menyebabkan sepsis pada ibu dan janin, meningkatkan
resiko kelahiran prematur. Diperlukan pemeriksaan yang akurat untuk memastikan
bakteri yang berperan pada infeksi intrauterin ini. Pada pemeriksaan kultur
jaringan tradisional di laboratorium rumah sakit banyak bakteri yang tidak
terdeteksi. Menggunakan sophisticated
culture independent dan DNA finger
printing technology dapat terdeteksi bakteri penyebab infeksi yang dahulu
tidak dapat terdeteksi dengan kultur tradisional. Dengan teknologi ini ditemukan
lebih banyak bakteri yang bukan merupakan bakteri normal pada vagina. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa infeksi pada rahim berasal dari rongga mulut
ibunya daripada berasal dari vagina.
Rongga mulut, seperti
halnya kulit dan vagina merupakan habitat utama bakteri di tubuh manusia, dan
dapat merupakan reservoar bakteri infeksius bagi tubuh. Selama ini lebih dari
separo bakteri rongga mulut tidak dapat terdeteksi dengan kultur tradisional.
Menggunakan culture independentdan DNA finger printing, bakteri dari rongga
mulut ibu ditemukan berperan pada infeksi intrauterin yang menyebabkan
terjadinya kematian janin dan kelahiran prematur.
Kasus pertama
dilaporkan pada tahun 2006, seorang wanita melahirkan bayi prematur usia 24
minggu. Meskipun terjadi inflamasi intrauterin tetapi tidak ditemukan bakteri
pada cairan amnion dengan kultur tradisional. Menggunakan culture independent methods ditemukan satu spesies Bergeyella pada cairan ketuban. Bergeyella tidak ditemukan pada vagina
ibu, tetapi terdapat dalam plak gigi sang ibu.
Kasus kedua terjadi
pada seorang ibu yang melahirkan cukup usia kehamilan ( 39 minggu ). Ibu
tersebut terkena infeksi saluran nafas, demam 39ºC. Dalam beberapa hari,
janinnya meninggal dalam kandungan.
Fusobacterium nucleatum ditemukan pada paru paru dan perut janin. . Fusobacterium nucleatum tidak
ditemukan pada vagina tetapi merupakan bakteri plak gigi dari sang ibu.
Rongga mulut, seperti
halnya usus, kulit dan vagina merupakan tempat berkembang biaknya bakteri,
termasuk bakteri pathogen. Selama keseimbangan flora terjaga, tidak akan
terjadi infeksi.
Bergeyella
dan F. nucleatum merupakan bakteri
yang terdapat dalam rongga mulut, tetapi
apabila berpindah tempat ke bagian tubuh yang lain bisa sangat pathogen. Bergeyella baru saja ditemukan sebagai
penyebab infeksi intrauterin, karena tidak terdeteksi pada pemeriksaan
laboratorium rumah sakit. F. nucleatum
merupakan bakteri anaerob gram negatif yang terdapat dalam rongga mulut yang
sering teridentifikasi dalam infeksi rahim.
Bagaimana bakteri
tersebut bermigrasi dari mulut ke dalam rahim?
Kehamilan menyebabkan
banyak perubahan dalam tubuh ibu. Salah satunya adalah perubahan kondisi gusi.
Wanita dengan penyakit gusi akan semakin parah pada masa kehamilan, demikian
pula wanita normal dapat terkena gingivitis selama kehamilan. Gingivitis karena
kehamilan terjadi 30 – 75 % pada wanita hamil dan biasanya pulih setelah
persalinan.
Perdarahan gusi pada
kasus gingivitis merupakan pintu masuk
bakteri ke dalam sirkulasi darah. Fenomena ini disebut bakteremia. Dalam
kondisi normal, kekebalan tubuh dapat menangkal bakteremia ini, tetapi kondisi
ibu hamil dengan penekanan sitem immun, infasi bakteri dapat mencapai rahim.
Keadaan tersebut
seperti yang terjadi pada ibu yang melahirkan bayi mati. Ibu dilaporkan sering
mengalami perdarahan gusi selama kehamilan. Infeksi saluran pernafasan atas
memperlemah daya tahan tubuhnya, sehingga bakteri masuk ke dalam sirkulasi
darah dan menginfeksi rahimnya.
Penelitian ini didukung
oleh percobaan pada binatang, dimana koloni F.
nucleatum menginfeksi plasenta tikus tanpa menyebabkan infeksi sistemik.
Infeksi placenta menyebabkan inflamasi lokal pada rahim tikus dan membunuh
bayinya.
Mekanisme secara tidak
langsung bakteri pathogen tersebut juga menyebabkan terjadinya persalinan
prematur. Endotoksin ( LPS ) dan bioenzym yang dihasilkan bakteri akan
menyebabkan perlukaan pada jaringan. Sebagai respon, jaringan akan mengeluarkan
proinflammatory cytokine ( IL -1, IL-6 dan TNF ) dan prostaglandine. Pada
persalinan normal, kadar prostaglandin akan terus bertambah hingga mencapai
kadar dimana terjadi pacuan untuk kelahiran normal. Pada kondisi infeksi,
produksi prostaglandin yang memacu kontraksi rahim sehingga terjadi persalianan
sebelum waktunya.
Penelitian dan fakta di
masyarakat menunjukkan bahwa periodontitis lebih banyak menyebabkan berat bayi
lahir rendah daripada merokok dan alkohol. Bakteri Porphyromonas gingivalis
pada kasus periodontitis, meningkatkan kadar TNF α dan PGE2 cairan amnion. Pada hewan
percobaan kadar TNF α dan PGE2 menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
janin dalam rahim.
Pada penelitian, wanita
melahirkan BBLR mempunyai kadar GCF, IL1, dari wanita dengan berat bayi normal.
BBLR juga dilahirkan dari wanita dengan plak subgingival yang banyak dimana
banyak sekali ditemukan koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans,
Tannarella forshytia, P. gingivalis, Treponema denticola yang lebih banyak
daripada wanita dengan bayi normal.
KESIMPULAN
:
Pepatah lama yang
mengatakan Lebih baik mencegah dari pada mengobati tetaplah berlaku sampai saat
ini. Karena setelah terjadi suatu kelainan ataupun penyakit akan lebih sulit
penanganannya dan tentu saja lebih banyak membutuhkan waktu, tenaga serta uang.
Menjaga kebersihan gigi
dan mulut dengan menyikat gigi secara benar dan teratur dapat mecegah
terjadinya penyakit di dalam rongga mulut maupun penyakit sistemik lainnya.
Semoga tulisan ini
dapat memberi manfaat buat pembaca dan lebih membuka wawasan kita
tentang dunia kesehatan.
Sampai jumpa pada topik
berikutnya.
Tuhan memberkati kita.
No comments:
Post a Comment